Self-Efficacy / efikasi diri pertama dimunculkan oleh Albert
Bandura, yang khususnya menekankan peranan penting pengharapan yang dimiliki
seseorang tentang akibat-akibat perbuatannya. Ia memakai istilah kemujaraban
diri (self-efficacy) dan ketidak mujaraban diri untuk menggambarkan keadaan
seseorang melihat dirinya sanggup atau tidak sanggup mengatasi hal-hal yang
dihadapinya. Self-efficacy atau juga disebut kemujaraban diri mencakup harapan
bahwa seseorang akan menimbulkan hasil-hasil yang diinginkannya dan
dihasratkan. Sebaliknya ketidak
mujaraban diri mencakup harapan-harapan yang berlawanan, sehingga membawa
perasaan kuatir dan penghindaran situasi yang sulit dan mengancam. Bandura
percaya bahwa persepsi-persepsi Self-Efficacy menentukan apakah orang yang tahu apa yang harus dijalankannya. Bertindak atas
dasar pengharapan itu,Self-Efficacy, Albert Bandura (1977) mendefinisikan
sebagai
pertimbangan
seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang
diinginkan.
Berdasarkan
teori self-efficacy dari Albert Bandura (1977) menyebutkan
keyakinan
efficacy turut berkembang sepanjang hayat serta mengintegrasikan
informasi
dari lima sumber utama, sumber-sumber tersebut yaitu Pengalaman
keberhasilan
(Mastery Experiences/Performance Experiences), Pengalaman
perumpamaan
(Vicarious Experiences), Pengalaman
Imajinasi (Imaginal
Experiences),
Persuasi Verbal (Verbal /Social Persuasion), Kondisi Fisiologis dan
emosi (Physiogical and Emotional State) menentukan seberapa baik
prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu. Bandura (Santrock, 2009:216)
juga mengungkapkan bahwa self-efficacy merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
apakah mahasiswa berprestasi atau tidak.
isinya bagus
BalasHapusthaks ya :)