GAYA MENGAJAR
GURU
Bagaimanakah
gaya mengajar guru yang terbaik dan yang ideal itu?
Masalahnya disini adalah bukan tentang bagaimana gaya
mengajar guru yang paling baik, melainkan mengenai gaya mengajar guru yang tepat
dan sesuai, sesuai dengan apa? Sesuai dengan karakteristik siswa Anda dan
sesuai dengan kebutuhan pengajaran Anda di kelas. Untuk mengetahui gaya
mengajar manakah yang tepat dan sesuai untuk Anda gunakan, sebelumnya Anda
harus mengetahui bagaimana karakteristik siswa Anda dan apa tujuan pembelajaran
Anda. Agar Anda lebih banyak mengetahui tentang gaya mengajar guru, berikut
akan saya uraikan mengenai pengertian serta berbagai macam gaya mengajar guru
beserta ciri-cirinya.
1.
Pengertian
Gaya Mengajar Guru
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor alamiah seperti
karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang dibawa seseorang dalam melakukan
aktivitas. Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya, dalam praktek perilaku mengajar yang
dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam. Aneka ragam perilaku guru dalam
mengajar ini bila ditelusuri akan diperoleh gambaran pola umum interaksi antara
guru, isi, atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan
kawan-kawan (dalam Ali, 2010: 57) diistilahkan dengan gaya mengajar atau teaching style.
Sedangkan menurut Suparman (2010: 60),
“mengajar yang baik adalah mengajar dengan sepenuh hati, ikhlas, inovatif,
memunculkan motivasi belajar dan minat belajar serta tentunya meningkatkan
prestasi belajar. Dalam mengajar akan berhasil jika memiliki metode atau gaya
mengajar yang jelas, terarah, memiliki tujuan dan sistematis”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah upaya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, maupun rangsangan kepada
peserta didik agar dapat mencapai tujuan belajar dan meningkatkan hasil
belajar.
Suparman (2010: 63) mengemukakan bahwa
gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan
pengajaran. Menurut
Thoifuri (2013:81),
gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat
kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Gaya mengajar yang bersifat
psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa,
pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.
Menurut Thoifuri (2013: 87) dalam bukunya
menjadi guru inisiator , pendekatan dalam mengajar merupakan proses penentuan
cepat tidaknya siswa mencapai tujuan belajar. Pendekatan gaya mengajar
akan menjadi tepat guna jika selaras dengan tujuan, materi pelajaran,dan minat serta kebutuhan siswa,
baik dilakukan dalam bentuk pengajaran kelompok maupun individual. Menurut Grasha (2002: 1) Style
in teaching is more than a superficial collection of interesting mannerisms
used to create an impression.
Ali (2010: 57) menyimpulkan bahwa gaya
mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksanakan
pengajaran, sesuai dengan pandangannya sendiri. Di samping itu landasan
psikologis, terutama teori belajar yang dipegang serta kurikulum yang
dilaksanakan juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan.
Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa gaya mengajar adalah suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru dalam
menanamkan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan,
perilaku dan kepribadian siswa dalam mencapai tujuan proses belajar. Dengan
demikian, gaya mengajar guru merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan proses belajar siswa. Oleh karena itu, apabila seorang guru
memiliki gaya mengajar yang baik, maka diharapkan hasil belajar siswa juga
menjadi lebih baik.
2.
Macam-macam
Gaya Mengajar
Menurut Ali (2010: 59-61), gaya-gaya
mengajar dapat dibedakan ke dalam empat macam, yaitu:
a.
Gaya Mengajar klasik
Proses pengajaran dengan gaya klasik
berupaya untuk memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi
terdahulu ke generasi berikutnya. Isi pelajaran berupa sejumlah informasi dan
ide yang paling popular dan dipilih dari dunia yang diketahui anak. Oleh
karenanya,
isi pelajaran bersifat objektif, jelas, dan diorganisasi secara
sistematis-logis. Proses penyampaian bahan tidak didasarkan atas minat anak,
melainkan pada urutan tertentu. Peran guru di sini sangat dominan, karena dia
harus menyampaikan bahan. Oleh karenanya guru harus ahli (expert) tentang pelajaran yang dipegangnya. Dengan demikian proses
pengajaran bersifat pasif, yakni siswa diberi pelajaran.
Gaya mengajar seperti ini tidak dapat
disalahkan sepenuhnya manakala kondisi kelas yang mengharuskan guru berbuat
demikian, yaitu kondisi kelas dimana siswanya mayoritas pasif. Gaya mengajar
klasik sudah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran sekarang yang
sudah bergeser dari paradigma teacher
centered menjadi student centered.
Pergeseran paradigma ini disebabkan oleh maju pesatnya ilmu pengetahuan dengan
bantuan teknologi canggih, jadi apabila masih ada guru yang menggunakan gaya
mengajar guru klasik maka secara tidak langsung akan menghambat kemajuan siswa.
Menurut Thoifuri (2013: 83-84) ciri-ciri gaya
mengajar klasik adalah:
·
Bahan pelajaran,
berupa: sejumlah informasi dan ide yang sudah populer dan diketahui siswa,
bersifat obyektif, jelas, sistematis, dan logis.
·
Proses penyampaian
materi: menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi terdahulu ke generasi
berikutnya yang bersifat memelihara, tidak didasarkan pada minat siswa, hanya
didasarkan urutan tertentu.
·
Peran siswa: pasif,
hanya diberi pelajaran untuk didengarkan.
·
Peran guru: dominan,
hanya menyampaikan bahan ajar, otoriter, namun ia benar-benar ahli.
b.
Gaya Mengajar
Teknologis
Fokus gaya mengajar ini pada kompetensi
siswa secara individual. Bahan pelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan
anak. Peranan isi pelajaran adalah dominan. Oleh karena itu, bahan disusun oleh
ahlinya masing-masing. Bahan itu bertalian dengan data objektif dan
keterampilan yang dapat menuntun kompetensi vokasional siswa. Peranan siswa di
sini adalah belajar dengan menggunakan perangkat atau media. Dengan hanya
merespons apa yang diajukan kepadanya melalui perangkat itu, siswa dapat
mempelajari apa yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan. Peranan
guru hanya sebagai pemandu (guide),
pengarah (director), atau pemberi
kemudahan (facilitator) dalam belajar
karena pelajaran sudah diprogram sedemikian rupa dalam perangkat, baik lunak (software) maupun keras (hardware).
Menurut
Thoifuri (2013:
84) gaya mengajar
teknologis mensyaratkan guru untuk berpegang pada media yang tersedia. Guru
mengajar dengan memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan rangsangan
pada anak didiknya untuk mampu menjawab
persoalan.
Kebebasan siswa untuk memilih mata
pelajaran dan diperkenankan menggunakan seperangkat media yang ada, maka bukan
akan mengurangi peran guru, melainkan guru hendaknya terus memantau
perkembangan anak belajar sehingga hasil belajar siswa diperoleh secara
maksimal.
Menurut Thoifuri (2013: 84-85) ciri-ciri gaya
mengajar teknologis
adalah sebagai berikut:
·
Bahan pelajaran:
terprogram sedemikian rupa dalam perangkat lunak (software) dan keras (hardware)
yang ditekankan pada kompetensi siswa secara individual, disusun oleh ahlinya
masing-masing, materi ajar terkait dengan data obyektif dan keterampilan siswa untuk
menunjang kompetensinya.
·
Proses penyampaian
materi: menyampaikan sesuai dengan tingkat kesiapan siswa, memberi stimulan
pada siswa untuk dijawab.
·
Peran siswa: mempelajari
apa yang dapat memberi
manfaat pada dirinya, dan belajar dengan menggunakan media secukupnya, merespon
apa yang diajukan kepadanya dengan bantuan media.
·
Peran guru: pemandu
(membimbing siswa dalam belajar), pengarah (memberikan petunjuk pada siswa
dalam belajar), fasilitator (memberi kemudahan pada siswa dalam belajar).
c.
Gaya Mengajar
Personalisasi
Gaya mengajar guru menjadi salah satu
kunci keberhasilan siswa. Pada dasarnya guru mengajar bukan untuk memandaikan
siswa semata, akan tetapi juga memandaikan pada dirinya. Guru yang mempunyai
prinsip seperti ini, ia akan selalu meningkatkan belajarnya dan juga memandang
anak didiknya seperti dirinya sendiri. Guru tidak bisa memaksa peserta didiknya
untuk menjadi sama dengan gurunya, karena ia mempunyai minat, bakat dan
kecenderungan masing-masing.
Menurut
Ali (2010: 60) pengajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat,
pengalaman, dan pola perkembangan mental siswa. Hal ini karena setiap siswa
mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing yang tidak dapat
dipaksakan oleh guru. Siswa harus dipandang sebagai seorang pribadi yang
mempunyai potensi untuk dikembangkannya. Oleh karena itu, peran guru sangat
dibutuhkan untuk memposisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa dengan
memberikan bantuan atas perkembangan siswa dalam berbagai aspek.
Menurut Thoifuri (2013: 86) ciri-ciri gaya
mengajar personalisasi yaitu:
·
Bahan pelajaran: disusun secara
situasional sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa secara individual.
·
Proses penyampaian
materi: menyampaikan sesuai
dengan perkembangan mental, emosional, dan kecerdasan siswa.
·
Peran siswa: dominan
dan dipandang sebagai pribadi.
·
Peran guru: membantu
menuntun perkembangan siswa melalui pengalaman belajar, menjadi psikolog, menguasai metode
pengajaran dan sebagai nara sumber.
d.
Gaya Mengajar
Interaksional
Kehidupan manusia (siswa) disamping
sebagai makhluk individu juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia
hendaknya melakukan interaksi sosial dengan berbagai problematika yang harus
dihadapi. Siswa dihadapkan pada suatu realitas yang beraneka ragam. Oleh
karenanya, dalam pembelajaran ia diberi kesempatan luas untuk memilih program
studi yang sesuai dengan program studi yang sesuai dengan masyarakat kekinian.
Siswa juga dilibatkan dalam pembentukan interaksi sosial yang mengharuskan ia
mampu belajar secara mandiri.
Peranan guru dan siswa di sini sama-sama
dominan. Guru dan siswa berupaya untuk memodifikasi berbagai ide atau ilmu
pengetahuan yang dipelajari untuk mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang
bersifat radikal. Guru dalam hal ini menciptakan iklim saling ketergantungan
dan timbulnya dialog antar siswa. siswa belajar melalui hubungan dialogis. Dia
mengemukakan pandangannya tentang realita, juga mendengarkan pandangan siswa
lain. Dengan demikian dapat ditemukan pandangan baru hasil pertukaran pikiran
tentang apa yang dipelajari. Adapun isi pelajaran difokuskan kepada
masalah-masalah yang berkenaan dengan sosio-kultural terutama yang bersifat
kontemporer.
Menurut Thoifuri (2013: 86-87) ciri-ciri gaya
mengajar interaksionis yaitu:
·
Bahan pelajaran: berupa masalah-masalah
situasional yang terkait dengan sosio-kultural dan kontemporer.
·
Proses penyampaian
materi: menyampaikan dengan dua arah, dialogis, tanya jawab guru dengan siswa,
siswa dengan siswa.
·
Peran siswa: dominan,
mengemukakan pandangannya tentang realita, mendengarkan pendapat temannya,
memodifikasi berbagai ide untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan valid.
·
Peran guru: dominan,
menciptakan iklim belajar saling ketergantungan, dan bersama siswa memodifikasi
berbagai ide atau pengetahuan untuk mencari bentuk baru yang lebih tajam dan
valid.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
gaya mengajar guru menurut Ali dan Thoifuri dapat dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.
Apapun gaya mengajar mengajar yang digunakan oleh seorang guru hendaknya sesuai
dengan tujuan pembelajaran agar dapat menunjang proses belajar siswa dan
mendapatkan hasil yang optimal.
Sumber:
©
Ali,
Muhammad. 2010. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
©
Thoifuri. 2013. Menjadi Guru
Inisiator. Semarang: Media Campus.